Kamis, 13 November 2008
Petaka Adu Penalti bagi Chelsea
LONDON - Chelsea kehilangan satu peluang meraih gelar musim ini. Hal itu terjadi seiring tersingkirnya The Blues -julukan Chelsea- di babak 16 besar Piala Carling kemarin. Di luar dugaan, klub raksasa Inggris tersebut kalah adu penalti 4-5 dari Burnley, tim anggota Championship alias Divisi Satu Liga Inggris.
Adu penalti dilakukan setelah kedua tim bermain imbang 1-1 sampai babak perpanjangan waktu selesai di Stadion Stamford Bridge, London. Chelsea unggul dulu lewat gol Didier Drogba pada menit ke-27. Namun, keunggulan tuan rumah dibalas Burnley dengan gol Ade Akinbiyi pada menit ke-69.
Pada babak perpanjangan waktu, Franco Di Santo nyaris membawa Chelsea unggul. Tapi, bola tendangannya melebar di samping gawang tim tamu yang dikawal Brian Jensen. Gelandang The Blues Frank Lampard sempat menggetarkan jala lawan. Tapi, wasit menganulir gol tersebut karena Lampard sudah berada dalam posisi offside.
Memasuki menit ke-116, Burnley harus bermain dengan 10 orang setelah Steve Caldwell menerima kartu kuning kedua. Keunggulan jumlah pemain tidak bisa dimaksimalkan Chelsea. Skor 1-1 bertahan sampai akhir perpanjangan waktu dan adu penalti pun digelar.
Lagi-lagi, Chelsea sial dalam babak adu penalti. Dua di antara enam algojo The Blues gagal menjalankan tugasnya dengan baik. Mereka adalah Wayne Bridge dan John Obi Mikel. Di sisi lain, hanya satu algojo Burnley yang gagal, yakni Wade Elliot. Chelsea pun kalah dengan skor 4-5.
Kekalahan tersebut menambah catatan negatif Chelsea untuk urusan adu penalti. Dalam empat kesempatan sebelumnya, The Blues juga gagal memenangi adu penalti. Pada final Liga Champions 2008 di Moskow, Chelsea kalah 5-6 oleh Manchester United. The Blues juga menyerah kepada lawan yang sama pada ajang Charity Shield 2007. Sebelum itu, Chelsea disingkirkan Liverpool di semifinal Liga Champions lewat adu penalti (1-4).
Tersingkir dari ajang Piala Carling tidak terlalu diratapi kubu Chelsea. Pelatih Luiz Felipe Scolari mengaku bisa menerima kegagalan timnya. Apalagi, mereka kalah lewat adu penalti yang lebih mengedepankan faktor keberuntungan.
''Saya memilih mengistirahatkan pemain utama karena mereka sudah melewati banyak pertandingan. Saya tidak marah atas kekalahan ini. Pemain sudah berusaha yang terbaik. Saya hanya sedikit kecewa,'' kata Scolari sebagaimana dilansir The Sun.
Pelatih asal Brazil itu mengaku timnya banyak membuang peluang. ''Kami membuat kesalahan dua, tiga, empat kali. Lawan punya satu peluang dan mereka mencetak gol. Selesai,'' ujar Scolari.
Di sisi lain, arsitek Burnley Owen Coyle sangat bangga atas penampilan heroik anak buahnya. Meski menjadi underdog, perjuangan keras pemain Burnley mampu memberikan perlawanan kepada tim sekelas Chelsea. ''Dibanding Chelsea, kami ini tidak ada apa-apanya. Mereka salah satu tim terbaik dunia. Kami sempat tertekan setelah Didier Drogba mencetak gol. Tapi, kami tidak patah semangat,'' ungkap Coyle. (ali/ca)
Tarian Legenda Asal Usul Suku Asmat
SURABAYA - Bertahtakan mahkota bulu-bulu burung Kasuari, pria dengan wajah corang-coreng cat memainkan tifa. Ketika bunyi tabuhannya semakin keras, muncullah tiga pria lain dengan kostum serupa. Keempat pria tersebut lantas menari dengan iringan musik rancak khas Papua.
Cuplikan adegan pertunjukan tari tersebut merupakan perwujudan legenda asal usul suku Asmat di Papua. Legenda tersebut diwujudkan dengan apik lewat karya Darlane Litaay bertajuk MBIS dalam Festival Cak Durasim (FCD) 2008 di Gedung Cak Durasim, Taman Budaya Jawa Timur tadi malam (13/11).
Menurut sebuah versi, suku Asmat berasal dari seorang dewa bernama Fumeripits. Karena bosan hidup sendirian, dewa tersebut menciptakan patung-patung berbentuk manusia dari kayu. Tidak hanya membuat patung, dia juga menciptakan sebuah alat musik dari kayu yang dinamakan tifa. Ketika alat musik tersebut dipukul keras-keras, patung-patung manusia itu pun hidup.
Adegan dewa Fumeripits yang tengah memukul tifa tersebut diperankan dengan baik oleh sang penata tari, Darlane. Lewat gerak tari yang menggambarkan satu adegan magis, Darlane menggerakkan tubuhnya dengan lincah.
Legenda tersebut memang tidak disajikan lewat sejumlah adegan. Empat penari termasuk Darlane lebih memilih menyuguhkan legenda tersebut lewat simbol-simbol yang diwujudkan dalam gerak dan musik.
Dalam balutan kostum yang terdiri dari mahkota yang terbuat dari bulu burung kasuari, kakaktua dan cenderawasih, rumput atau alang-alang yang dikreasikan menjadi rok serta tidak lupa kalung dengan bandul taring babi, para penari bergerak membentuk berbagai formasi. Salah satunya formasi berjajar di lantai, di mana mereka menari dalam posisi telentang menyamping di lantai. Dalam posisi tersebut, keempatnya membentuk formasi yang mirip dengan patung jika dilihat dari depan.
''Itu salah satu bentuk simbolisasi berupa patung manusia dari kayu," jelas pria 24 tahun itu.
Keunikan tidak hanya terletak pada kostum, gerak tari ataupun musiknya. Dalam pertunjukan tari kontemporer tersebut, Darlane sempat menyisipkan beberapa gerakan patah-patah khas hip hop. "Saya memang ingin memadukan beberapa unsur dalam karya saya yang merupakan perpaduan tari tradisional dan kontemporer," tutur pria kelahiran 7 Agustus 1984 itu.
Selain pertunjukan tari MBIS, FCD juga menampilkan tari Gambar Cahaya karya koreografer Shinta Yuniar Utami asal Surabaya, dan tari 115-on Click karya Nungki Nurcahyani dari Solo.
Malam ini, giliran Hamzah Fansuri (Surabaya) akan menampilkan karya monolog Arthur S. Nalan bertajuk Prodo Imitatio. Selain itu juga akan tampil Lanjong Kutai Kertanegara dan penampilan dari Taman Budaya Samarinda, Kaltim. (ken/ari)
Langganan:
Postingan (Atom)