Rabu, 05 November 2008






JAKARTA - Sebelum tertangkap dan terbukti mengonsumsi psikotropika, Sheila Marcia mengakui dirinya mengonsumsi barang haram jenis sabu-sabu karena sedang ribut dengan kekasih yang hampir menikahinya, Roger Danuarta. Saat itu, aku Sheila, mentalnya sedang ambruk.
Sheila terpaksa mengungkapkan hal itu karena terdesak oleh keterangan empat saksi yang dihadirkan jaksa penuntut umum di Pengadilan Negeri Jakarta Utara kemarin (27/10). Saksi ketiga, Toni, mengungkapkan bahwa satu paket sabu yang terdapat di kamar 706 Hotel Golden Sky, tempatnya tertangkap polisi pada 7 Agustus 2008, itu didapat dari pembelian secara barter dengan dua ponsel dan uang Rp 150 ribu.
Toni yang berada di pihak "penjual" mengatakan, transaksi tersebut dilakukan dua kali. Keduanya terjadi pada 6 Agustus 2008. Transaksi pertama sekitar pukul 13.00 dibayar dengan uang Rp 150 ribu dan ponsel merek LG.
Sekitar pukul 19.00, terjadi transaksi lagi. Satu ponsel merek Hi Tech untuk satu paket sabu. "HP itu milik Saudari Sheila. Saya sendiri yang telepon pakai telepon hotel ke kamar Sheila. Yakin banget (bahwa itu suara Sheila)," ujar Toni yang berada di kamar 806 dan saat ini juga menjadi terdakwa, meski beda berkas perkara dengan Sheila.
Ketika dikonfirmasi majelis hakim, Sheila tidak membantah soal hak milik ponsel itu. Namun, dia merasa sedang tidak sadar. "Saya heran, kenapa dia (Toni, Red) tidak bicara langsung kepada Ayung (terdakwa lainnya, Red)? Waktu itu, saya lagi dalam pengaruh berantem sama pacar, pengaruh down mental, dan psikotropika. Saya habis memakai, masih linglung," aku pemain film Ekskul itu.
Soal bagaimana Sheila mengonsumsi barang terlarang itu diungkapkan saksi keempat, Virdiah alias Vivi, pemilik bong (alat pengisap sabu). Dia juga tertangkap bersamaan dengan Sheila dan dua teman lainnya, Aprilyana dan Solobintono alias Ayung.
Vivi yang bekerja di kantor public relations berkisah, pada 4 Agustus sekitar pukul 21.00, Sheila datang bersama Aprilyana, asistennya, ke kantornya di kawasan Thamrin, Sudirman. "Kebetulan, di sana ada lounge, kami di sana sampai malam," ujar perempuan yang mengaku sudah setahun mengenal Sheila itu.
Jelang tengah malam, menumpang mobil Sheila, berangkatlah mereka untuk party di sebuah kelab malam di kawasan Hayam Wuruk. Menurut dia, sedang ada party musik progresif. Ketiganya betah di tempat itu sampai pagi.
"Kami ada di sana enam jam. Kami bertiga konsumsi ekstasi," curhatnya. "Saya keberatan. Saya tidak pernah pakai ekstasi. Hanya minum," bantah Sheila.
Pagi-pagi mereka meluncur ke rumah Ayung di Kemayoran. Menurut Vivi, dirinya diminta Sheila untuk menagih utang kepada pria berkulit putih itu. "Tapi, karena uangnya nggak ada, kita ditawari sabu," ucapnya. "Saya tidak menawarkan karena mereka meminta. Saya konfirm ke teman, ternyata ada, ya sudah," kelit Ayung.
Sekitar pukul 10.00, mereka berempat kompak mengonsumsi sabu di rumah Ayung. Atas ajakan Ayung, kata Vivi, "pesta" berpindah dan berlanjut di Hotel Golden Sky kamar 706. "Check in-nya atas nama Ayung, tapi pakai uang Sheila," ungkapnya.
Di hotel itu, Vivi tidak lagi ikut mengisap sabu. Namun, Ayung, Sheila, dan April tetap melakukannya. "Saya melihat Ayung dulu yang pertama (mengisap), terus Sheila dan April," ujarnya.
Maria Cecilia Joseph, ibu kandung Sheila, sangat terpukul mendengar keterangan para saksi tentang tingkah anaknya tersebut. "Sheila itu orang yang tidak berpikir panjang tentang sebab dan akibatnya. Mungkin karena masih muda, belum pikirkan masa depan," ujarnya kecewa. (gen/tia)

Tidak ada komentar: